Kamis, 05 November 2015

Khotbah Idul Adha: Mensyukuri karunia berupa Islam

7 Nopember 2015

Khutbah Idul Adha 1436 H/ 2015 M
Mensyukuri karunia berupa Islam dan iman merupakan  kunci kesuksesan[1]
Oleh: Bayu Dwiwiddy Jatmiko[2]

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكبَرْ (×3
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ ِباللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله   وَحْدَهُ لاَ  لَهُ شَرِيْكَ
 وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
 أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.   أَمَّابَعْدُ؛


Hadirin Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah.

Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul merasakan nikmat kasih sayang Allah subhanallahu wa ta’ala (SWT) yang dikaruniakan kepada kita,  nikmat berupa Agama Islam dan nikmat berupa iman.  Agama Islam, agama yang telah disempurnakan Allah SWT  dan diridhaiNya. Dengan Islam dan iman Allah SWT memberikan kenikmatan yang sempurna kepada kita.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surah  Al Maidah ayat 3, sebagai berikut:

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.

Allah SWT telah membangun agama Islam ini  di atas lima rukun, yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah SWT semata dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi wa salam (SAW)  adalah utusanNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah al-Haram.
Marilah kita Bersyukurlah atas petunjukNya yang diberikan kepada kita, sedang manusia  lain masih banyak yang tersesat. Dengan petunjuk Allah SWT , akidah kita menjadi kuat dan kokoh. Dengan petunjukNya amal-amal kita menjadi amal yang sempurna, yang pada akhirnya akan menjadi amalan akhir yang utama.

Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Marilah kita bertakwa kepada Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmatNya yang diberikan kepada kita. Ingatlah, bentuk ketakwaan kepada Allah SWT harus direalisasikan dengan menaati segala perintahNya, sebab  kita diciptakan Allah SWT adalah untuk mengabdi/ menghamba  kepadaNya,  dan  hamba Allah SWT  yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa kepada Allah SWT, karenanya takwa adalah sebaik-baik bekal untuk Hari Akhir nanti.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surah  Al Hujurat ayat 13, sebagai berikut:


Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Barang siapa yang senantiasa bertakwa, maka dia akan meraih keberuntungan dengan surga-surga yang penuh kenikmatan, dan barang siapa yang jauh dari sifat takwa, maka baginya siksa yang pedih di Neraka Jahanam. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surah  Al Lail: 14 – 21, sebagai berikut:

Artinya:
14. Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.
15. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,
16. yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).
17. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,
18. yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
19. padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya
20. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi.
21. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.

Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Hari-hari  ini kaum Muslimin menjalankan  ketaqwaan kepada Allah SWT dengan melakukan ibadah yang besar dalam bentuk rangkaian ibadah  haji, seperti melempar jumrah, menyembelih hewan qurban, mencukur rambut, kemudian thawaf di sekeliling Ka’bah, sa’i antara Shafa dan Marwa serta wukuf di arafah. Sedangkan kaum Muslimin yang tidak menunaikan haji, mereka mendirikan sholat  ied, memperbanyak bertakbir - tahlil - tahmid  serta menyembelih hewan qurban.
Marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam (AS),  menjalani cobaan dari Allah SWT Yang Maha Tinggi.

للهُ اَكبَرْ (×3    وَللهِ اْلحَمْدُ
Jika kita melihat sisi sejarah dari perayaan Idul Adha ini, maka pikiran kita teringat kisah teladan Nabi Ibrahim AS yaitu ketika beliau diperintahkan Allah SWT untuk menempatkan istrinya yang bernama siti Hajar bersama anaknya yang bernama Ismail AS, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan di suatu lembah tandus, gersang tidak tumbuh sebatang pohonpun. Lembah itu demikian sunyi sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim AS sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah SWT yang menyuruhnya menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu di suatu tempat yang paling asing. Di sebelah selatan dari negaranya sendiri yaitu Palestina yang berjarak 1600 km. Tapi baik Nabi Ibrahim AS maupun istrinya, menerima perintah itu dengan ikhlas dan tawakal.
Karena pentingnya peristiwa itu Allah SWT mengabadikannya dalam Al Qur’an Surat Ibrahim  ayat 37, sebagai berikut:

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”.

Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak biasa menyusui nabi Ismail AS, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah SWT mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail AS memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu, jadi mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat siti hajar dan nabi Ismail AS, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim AS dan berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat.
Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 126 sebagai berikut:

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim AS berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah SWT dan hari kemudian. Allah SWT berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali."

Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi, serta kaemanan hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim AS dikabulkan Allah SWT . Semua kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang islam saja. Orang-orang yang tidak beragama Islam pun ikut menikmati.

للهُ اَكبَرْ (×3    وَللهِ اْلحَمْدُ
Hari yang mulia ini disebut Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan. Idul Adha, diambil dari kata Udh-hiyyah, yaitu binatang ternak yang disembelih untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dari hari raya kurban sampai akhir Hari Tasyriq. Ada juga yang menyatakan kata ini diambil dari kata (الضَّحْوَةُ) karena pelaksanaannya dilakukan di awal waktu yaitu waktu dhuha.
Al-Udhhiyyah (kurban) disyariatkan berdasarkan dalil al-Qur`an, as-Sunnah dan Ijma’.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an  Surat Al Kautsar ayat 2, sebagai berikut:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkurbanlah.”

Dan dalam kitab tafsirnya Ibnu Katsir dan yang lainnya berkata, ‘Yang benar, yang di-maksud dengan an-Nahr di sini adalah menyembelih kurban, yaitu menyembelih hewan-hewan sembelihan (Tafsir Ibnu Katsir, juz 4/ 558).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah SWT memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah SWT, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah SWT, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”
Jadi hari raya idul adha adalah hari raya untuk  memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim AS. berkat kesabaran dan ketabahan Ibrahim AS dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah SWT memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kesayangan Allah SWT).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah An nisa’ ayat 125, sebagai berikut:
Artinya: “...Dan  Allah  mengambil  Ibrahim AS  menjadi  kesayanganNya”.

Dan  nabi Ibrahim AS a.s. telah berdoa siang dan malam dengan segenap hati dan perasaan serta senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan permohonan mendapatkan keturunan yang shalih, yang akan meneruskan misi Allah SWT di muka bumi ini dalam tugasnya sebagai khalifah Allah SWT. Maka Allah SWT menganugerahkan kepada Ibrahim AS seorang anak sebagaimana firmannya dalam surah ash shaffat ayat 101, sebagai berikut:
 فَبَشِّرْناَهُ بِغُلاَمٍ حَلِيْمٍ (۱۰۱)
Artinya:  ”Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.”

            Doa nabi Ibarahim a.s. dikabulkan Allah SWT. Maka dikaruniakanlah kepadanya seorang anak yang penyantun lagi sabar yang bernama Ismail AS. Namun Allah SWT menguji  ketaatan dan ketabahan nabi Ibrahim AS dengan sebuah peristiwa yang mengerikan, yaitu diperintahkan untuk menyembelih anaknya yang bernama Ismail AS tersebut. 
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, Allah SWT menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim AS melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Walaupun kemudian oleh Allah SWT kemudian diganti dengan hewan sembelihan yang besar.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Mengapa Allah SWT merintahkan Nabi Ibrahim AS untuk  mengorbankan putranya yang bernama  Isma’il, bukan yang lain ? Karena perintah ini semata-mata ujian Allah SWT,  sang putralah pada waktu itu yang paling dicintai dan disayang  oleh Ibrahim AS.
Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itu, membuat Ibrahim AS menjadi seorang nabi dan rasul yang besar dan mempunyai arti yang besar.

اللهُ اَكبَرْ (×3    وَللهِ اْلحَمْدُ
Ketabahan dan ketaatan  Nabi Ibrahim AS AS, adalah Ketabahan dan ketaatan  yang sangat  besar dalam sejarah umat manusia, yang membuat Ibrahim AS menjadi seorang nabi dan rasul  yang menjadi abul anbiya (bapak para nabi).  Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim AS, siti hajar istrinya dan Ismail AS anaknya, mempunyai makna simbolik religius yang luar biasa yang mengandung banyak nilai-nilai pembelajaran, antara lain:

1.      Ajaran tentang ujian kecintaan dari Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS
Mengapa Allah SWT merintahkan Nabi Ibrahim AS untuk  mengorbankan putranya yang bernama  Isma’il AS , bukan yang lain ? Karena perintah ini semata-mata ujian Allah SWT,  sang putralah pada waktu itu yang paling dicintai dan disayang  oleh Ibrahim AS.
sebagaimana dalam AlQur’an surat Surat Ash Shaffat : 102, yang berbunyi:
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Ibrahim AS sangat mencintai putranya  Yang mana hal tersebut adalah sesuai dengan  ajaran Allah SWT SWT melalui  firmanNya  dalam Al qur’an Surat  Ali Imran: 92, yang berbunyi:
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah SWT mengetahuinya.

2.      Ajaran tentang pentingnya prasangka baik kepada Allah SWT.
Karena jika peristiwa yang menimpa nabi Ibrahim AS diterima hanya dengan memperturutkan  perasaan, tanpa didorong keimanan kepada Allah SWT , maka yang muncul adalah perasaan berat, tidak suka, masakan harus meninggalkan Istri dan anak di padang pasir yang tandus dan setelah Ismail AS  anaknya dewasa harus dikorbankan.
 Dalam peristiwa ini Ibrahim AS telah memiliki keyakinan yang baik, prasangka baik / khusnu dzon kepada Allah SWT, yakin bahwa Allah SWT akan  menjadikan padanya kebaikan yang banyak dibalik apa yang tidak baik menurut logika manusia, sesuai dengan  ajaran Allah SWT melalui  firmanNya  dalam Al qur’an Surat  An Nisa’: 19.  yang berbunyi:

Artinya: karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah SWT menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

3.       Ajaran tentang pentingnya Istiqomah
 Istiqamah ialah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang saleh. Dalam ini Ibrahim AS dan Ismail AS anaknya telah berlaku teguh untuk tetap menjalankan wahyu Allah SWT untuk menyembelih anaknya.
Sehingga  Allah SWT berkenan menggantikan  anaknya yang akan disembileh itu dengan hewan kurban yang besar.  Bahkan peristiwanya pun kemudian diabadikan menjadi hari raya bagi umat Islam yaitu hari raya kurban.
Perilaku  istiqomah itu  sesuai dengan  ajaran Allah SWT melalui  firmanNya  dalam Al qur’an Surat  Al ahqof: 13, yang berbunyi:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah ", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita

4.      Ajaran tentang pentingnya bersungguh-sungguh
Allah SWT SWT  telah menguji Ibrahim AS dengan berbagai perintahnya, untuk menguji  kesabaran dan ketabahan nabi Ibrahim AS atas berbagai  ujian dan cobaan yang dihadapi. Namun dengan kesungguh-sungguhan untuk menjalankan  perintah Allah SWT telah menjadikan Ibrahim AS sebagai manusia yang terpilih untuk menjadi imam bagi seluruh manusia demikian juga keturunannya.
Jadi hari raya idul adha adalah hari raya untuk  memperingati kesabaran dan ketabahan nabi Ibrahim AS atas berbagai  ujian dan cobaan yang dihadapi.  Hal mana sesuai dengan  ajaran Allah SWT melalui  firmanNya  dalam Al qur’an Surat  Al Ankabut ayat 69, sebagai berikut:

Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah SWT benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

5.      Ajaran tentang pentingnya penduduk  negeri beriman dan bertakwa
Nabi Ibrahim AS adalah bapak tauhid murni, keyakinan akan Allah SWT menjadikannya agama-agama samawi selalu dihubungkan dengan ajaran nabi Ibrahim AS tentang keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan, sehingga berkat doa Nabi ibrahin AS maka kita bisa melihat memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini memiliki kemakmuran yang melimpah, dahulu merupakan  daerah padang pasir yang tandus sekarang semua buah-buahan dari seluruh penjuru dunia ada di sana. jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal mana sesuai dengan  ajaran Allah SWT melalui  firmanNya  dalam Al qur’an Surat  Al a’raf:  97. yang berbunyi:
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

6.      Ajaran tentang pentingnya bakti kepada ke dua orang tua
Nabi Ibrahim AS dikaruniai Allah SWT seorang putra bernama Ismail AS setelah beliau berusia sangat lanjut.  Namun, putra yang sangat disayang itu ketika baru saja  beranjak dewasa, tiba-tiba diuji oleh Allah SWT untuk disembelih, sungguh ujian luar biasa. Saat Nabi Ibrahim AS menanyakan perintah penyembelihan itu kepada anaknya, maka Ismail AS menjawab:

Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. [Qur’an Surat Ash Shaffat : 102).

Ini adalah perilaku bakti seorang anak yang demikian besar kepada bapaknya. Sehingga, menyaksikan adegan bapak dan puteranya, yang menunjukkan kesabaran, keikhlasan dan tawakkal, untuk menaati perintah Allah SWT, bakti seorang anak yang demikian besar kepada bapaknya, Malaikat Jibril pun terkagum-kagum, seraya terlontar darinya ucapan”Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim AS menjawab “Lailaha illa Allah  Allahu Akbar.” Kemudian disambung oleh Nabi Ismail AS “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Perilaku bakti seorang anak kepada orang tuanya itu sesuai dengan  ajaran Allah SWT melalui  firmanNya  dalam Al qur’an Surat  Al Ahqof : 15, yang doa didalamnya perlu kita hapalkan dan terapkan dalam kehidupan yaitu:

Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."

7.      Ajaran tentang pentingnya Sabar
Jawaban Ismail AS saat mau disembelih oleh bapaknya dengan mengatakan:
Artinya: Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (Al Qur’an Surat Ash Shaffat : 102)
Peristiwa itu telah menunjukkan kepada kita bahwa seorang anak saja bisa berlaku sabar dalam menghadapi cobaan kehidupan, karena adanya keyaqinan dan keimanannya kepada Allah SWT. Karena itu maka hendaknya kita mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut bahwa semua kesulitan hidup pasti akan dapat diatasi dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT dengan jalan kesabaran.  Sebagaimana   ajaran Allah SWT melalui  firmanNya  dalam Al qur’an Surat  Al Baqoroh : 153. yang berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Mintalah pertolongan (kepada Allah SWT) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar.

8.      Ajaran tentang pentingnya Tauhid
Ucapan Nabi Ibrahim AS yang sampai sekarang demikian terkenal, bahkan menjadi doa yang diucapkan oleh jutaan manusia selama berabad-abad , yaitu sebagaimana diabadikan Allah SWT  dalam Alqur’an surah Al An’am : 162, yang berbunyi:
 

Artinya: Katakanlah, “ sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam”.
Telah menunjukkan dan mengajarkan kepada kita tentang pentingnya bertauhid, mengesakan Allah SWT dalam semua kegiatan dalam kehidupan kita. Karena dengan bertauhid sajalah manusia itu akan mulia, mulia karena tidak menyekutukan Allah SWT dengan apapun juga.
Sebagaimana   ajaran Allah SWT melalui  firmanNya  dalam Al qur’an Surat Al Kahfi 18 : 110, yang berbunyi:

Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."

9.       Ajaran tentang pentingnya berdoa
Ibrahim AS telah lulus dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan, semuanya dengan pertolongan Allah SWT, dengan berusaha sungguh-sungguh dan berdoa kepada Allah SWT, karena itu patut kita merenungkan firman Allah SWT dalam Al qur’an surat Al Baqoroh: 186, yang berbunyi:

Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Demikianlah uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Dan marilah kita berdoa kepada Allah SWT semoga amal ibadah kita diterima. Semoga kita yang disini diberikan kesempatan mengunjungi tanah haram di lain waktu, seperti cita-cita kita semua. Dan semoga mereka yang berada di sana diberi keselamatan semua. Amien

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
 عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


[1] Disampaikan dalam Sholat  Idul Adha 1436 H/ 2015 M di lapangan SMUN 9 Kota Malang, Kamis 24 September 2015.
[2] Bekerja sebagai Dosen Fakultas Hukum  - Universitas Muhammadiyah Malang.

0 komentar:

Posting Komentar